Tulisan ini terinspirasi oleh penjaga penitipan sepatu di masjid RS Fatmawati, Jaksel. Tepatnya masjid yang berada di depan gedung Teratai. Sore kemarin saya, istri, anak-anak dan kedua orang tua saya mengunjungi seorang teman yang sedang sakit di sana. Kami tiba di sana jam 1647 WIB dan terlihat pengunjung sudah ramai menunggu pintu rumah sakit terbuka untuk para pengunjung. Rumah sakit ini sedang berbenah dan salah satu sisi pembenahannya adalah penertiban jam kunjungan.
It was 1700 WIB when the doors were opened finally. My wife and children waited for us in the lobby. I and my parents went upstairs to meet my neighbour who is sick. I asked my parents where the room was but they have no info about that. We were in 5th floor when i decided to ask a nurse about the room. "Sus, boleh tanya ruangan di mana pasien berada?", i asked.
"Tidak boleh pak, di sini hanya untuk pasien yg ada di lantai ini saja!", jawabnya ketus. I was so surprised to hear such answer. So, rude!. I tried to understand, it could be because i asked her wrong question or it might be because she had problems with her husband. Then we move to another wing of the floor and asked another nurse the same question. "Tidak ada pak, tidak ada Nayudih di lantai ini". My father helped me with more info about my friend "Dari pondok cabe udik, pak...", tambahnya.
"Saya ga tau alamat pak!", the nurse answered with a high tone.
To me it was enough.
Then i asked my mom and dad to go upstairs and finally we met Nayudih in room 626. The nurse gave me a nice, simple answer with a smile, "Iya, ada pak, Nayudih di kamar 626", Jawabnya.
It was 1730 WIB when we decided to go downstairs to do Maghrib prayer. Maghrib came and we prayed. There was something in my mind about my sandals. I remembered something in the past, about my sandals in this mosque. I had thought that i lost my sandal when i had finished praying, i had been so confused and panic. But you know what?! Sandal saya ternyata "diamankan" oleh petugas penitipan sepatu di masjid itu.
Dia membawa sandal saya ke dalam laci-laci penitipan sepatunya. Dan itu kejadian sekitar 3 tahun lalu.
Sore kemarin, saya keluar dengan pikiran yang sama namun sudah mengantisipasi bahwa sandal saya pastinya sudah "diamankan" oleh petugas penitian sepatu itu. Dan benar, saya tidak mendapati sandal saya di depan mesjid. Saya langsung menuju ke penitipan sepatu dan mengambil sandal tersebut. Antara bingung untuk membayar atau tidak, di dompet tiada uang tersisa, akhirnya saya putuskan untuk tidak membayar.
Saya amati, beberapa orang merasakan kebingungan yang sama, mereka sedikit panik karena sandal mereka tidak mereka temukan di tempat mereka meninggalkannya. Seorang bapak sesekali menunjukkan bahwa sandal yang tidak ada, bisa diambil di tempat penitipan sepatu. Sementara itu, banyak juga sandal yang tidak "diamankan" oleh petugas tersebut. Mereka dapat langsung memakai sandalnya seusai sholat.
Antara kesal dan kasihan, aku biarkan istriku memberikan lembaran uang tip kepada petugas tersebut yang telah "mengamankan" sandal kami (padahal sandal anak dan istriku jauh dari lokasi penitipan-di parkir di tempat jamaah wanita). Dan sampai pagi ini, aku terus membicarakan hal itu kepada istriku. "He should be creative, it's been 3 years since our last visit to Fatmawati and he doesn't make any change?!", kataku. "Ya biarin mas, kasian dia", said my wife.
Eureka!!i got out from bathroom this morning and i shout my wife "Aku ada ide, Li!!, kataku. "Gimana kalo si bapak penjaga sepatu itu kreatif dengan buat plang bertuliskan "Alas Kaki Anda Begitu Berharga Bagi Kami" dan yang sejenis", jelasku.
I had ever seen this video whe i joined a training and i think it can be a solution for footware keeper in Fatmawati Mosque. Dia dapat berkreasi tanpa menimbulkan kebingungan dan kekesalan orang lain. Dia dapat menyentuh hati orang untuk menitipkan sepatunya tanpa harus "memaksa" mereka. Dengan sedikit bermain kata-kata.
"Percayakan keamanan alas kaki anda kepada kami"
"Alas Kaki Anda Begitu Berharga, Kami Siap Menjaganya"
"Bantu kami menjaga alas kaki anda, Titipkan Di Sini!"
"Sholat Tenang Setelah Menitipkan Alas Kaki di Sini"
Anda punya kalimat yang lebih bagus? Silahkan sampaikan.... :)
Antara kesal dan kasihan, aku biarkan istriku memberikan lembaran uang tip kepada petugas tersebut yang telah "mengamankan" sandal kami (padahal sandal anak dan istriku jauh dari lokasi penitipan-di parkir di tempat jamaah wanita). Dan sampai pagi ini, aku terus membicarakan hal itu kepada istriku. "He should be creative, it's been 3 years since our last visit to Fatmawati and he doesn't make any change?!", kataku. "Ya biarin mas, kasian dia", said my wife.
Eureka!!i got out from bathroom this morning and i shout my wife "Aku ada ide, Li!!, kataku. "Gimana kalo si bapak penjaga sepatu itu kreatif dengan buat plang bertuliskan "Alas Kaki Anda Begitu Berharga Bagi Kami" dan yang sejenis", jelasku.
I had ever seen this video whe i joined a training and i think it can be a solution for footware keeper in Fatmawati Mosque. Dia dapat berkreasi tanpa menimbulkan kebingungan dan kekesalan orang lain. Dia dapat menyentuh hati orang untuk menitipkan sepatunya tanpa harus "memaksa" mereka. Dengan sedikit bermain kata-kata.
"Percayakan keamanan alas kaki anda kepada kami"
"Alas Kaki Anda Begitu Berharga, Kami Siap Menjaganya"
"Bantu kami menjaga alas kaki anda, Titipkan Di Sini!"
"Sholat Tenang Setelah Menitipkan Alas Kaki di Sini"
Anda punya kalimat yang lebih bagus? Silahkan sampaikan.... :)
http//agbdistro.blogspot.com | +628158008370 | agbtopmarketer@gmail.com | YM : agbisme
dimana2 memang sepertinya sudah gini mas...
ReplyDeletedi RSIJ dari tahun 2009 sampe kemarin kesana juga gitu. buat kita ya lebih baik keluar 500/1000 kan daripada ilang sandal/sepatu :)
kalo kalimat, ngga ada ide :D
terima kasih Zuhdi. Yup, sometimes kita harus sabar dan merendah melihat apa yg ada. kita doakan smoga mereka dapat lebih kreatif tanpa membuat orang bingung yah :)
ReplyDelete