Thursday, 12 November 2015

What a Life

Suatu pagi di pinggiran Jekardah,
Matahari orange tersenyum perlahan muncul dari ufuk, menyembul di antara pepohonan kering yang daunnya mulai berubah kecoklatan…….

“D*mn*d!!udah jam lima lewat lima belas menit!!! Ga boleh telat, haduuh, gaji bakalan dipotong lagi Bulan ini”, Keluh Kendi di dalam hati. Terbangun dengan muka yg agak kusam karena sudah terbayang bakalan kena “diskon” gaji dari induk semang….

Panas, emosi karena hampir kesenggol motor sebelah, marah karena kesalip sama bebek tua yg cc nya cuma 100 begitulah perasaan Kendi saat  tiba di parkiran kantor. Ga cuma itu, Kendi harus lari mengejar mesin absensi yg kalo dibandingin sama jam tangan yg nempel di lengan kurusnya dia masih punya waktu sekitar 4 menit supaya enggak telat. “Yup!!musti berlari demi gaji yg full dan reward 500 ribu!”, semangat dia berlari melewati mesin scanner di depan KPPTI.


Pak Satpam yg tersenyum ke arahnyapun dicuekin. Menghambur keluar dari lift bak anak SD keluar istirahat, Kendi terus berlari kencang melewati koridor dan “Tap !”, tepat jarinnya menempel di mesin absensi dan angka menunjukkan jam 07:30 AM. Hampir tersenyum lega, mesin absen itu menjawab “Silahkan coba lagi”. “Arrrrggghhh…..”, sedikit marah dan panik dia mencoba lagi, “Tap!!”, kali ini dengan lebih semangat. “Terima kasih”, begitu akhirnya mesin absensi itu menjawab. “Haaahh….apesss”, keluhnya setelah melihat jam di mesin absensi menunjukkan jam 07:31 AM.

Dengan terburu-buru dia menuju seat yg sudah menunggunya. Warna-warni merah-kuning-pink dan hijau dari monitor di meja kerja sudah memanggil untuk dituntaskan. Dashboard tim yang masih jauh dari harapan terus mengganggu tidurnya selama ini. Kendi dan rekan-rekan sekerjanya sudah berusaha, namun apa daya system dan fungsi-fungsi kerja yg lainnya kurang mendukung. Team leader setiap hari sudah mengoceh tentang perolehan target harian, skema lemburan, strategi pengaturan tim dan iming-iming cokelat sebagai andalan, namun tiket-tiket gangguan sepertinya enggak “closed” dari system.

“Klik…tak…tik…tak…tik”, jemari lincah agen-agen helpdesk mulai beraksi menuntaskan tiket-tiket yg masih bertengger di system. Sesekali terdengar dering telepon masuk, tim inbound tergopoh-gopoh berusaha secepatnya mengangkat gagang telepon di meja. Muka-muka ceria yg tadi bertepuk tangan selesai handover mulai terlihat serius, Merlina sudah mulai terlihat gerah di sudut tembok. Mulai resah dengan tiket yg terus bertambah di monitoring dashboard-nya. “Hadoooh, inbound jangan rajin-rajin dooong…”, keluhnya.


“Gosh!! Baru 5 ticket closed…”, desahnya dalam hati. Hampir juhur dan dia baru bisa menuntaskan 5 tiket. November ini ada sayembara yg lumayan menggiurkan, tiga ratus ribu kalo dia dapet juara satu sebagai agen yg paling banyak closing tiketnya. “Ampuuunn…ini system lemot banget, mba Winny...gimana gue jadi juara, nih?!”, keluhnya sambil menatap sang supervisor yg biasanya udah bawel ngingetin temen-temen yg habis pipis untuk meng-ON kan kembali pesawat telepon di mejanya.

Satu-satunya waktu yg dia suka di kantor adalah saat istirahat, di mana dia bisa meninggalkan tiket-tiket dan eskalasi dari sales dan pelanggan yg bawel. Siang itu kantin cukup ramai, tapi seperti biasa Kendi dapet giliran istirahat jam 1pm, jadi kantin sudah agak longgar. “Bu, pecel ayam satu, sama teh tarik”, Kendi akrab memesan makanan favoritnya di kedai bu Ambar. “Yah, mas, nasinya abis…”, jawab si Ibu. Sirna sudah harapan Kendi buat mengobati kangen perutnya sama pecel ayam bu Ambar.

Kekecewaannya terhadap bu Ambar dan kantin yg kosong rupanya mempengaruhi kinerjanya siang itu. Kendi tidak berhenti ngedumel sampai menjelang handover shift sore. Ditambah lagi system yg tidak bersahabat hingga saat closing shift dia hanya mampu closing 12 tiket, bukan pencapaian terbaiknya. Usai handover, Kendi termenung dalam hati dengan perut yg hanya terisi ketoprak pengganti pecel tadi siang, “Perfect banget idup gue hari ini”, pikirnya. Melepaskan penat, dia pergi ke rest room dan mencuci muka, dilihatnya muka kucel yang terus menuntut “Apa musti begini hidup gue??”, tanyanya dalam hati. Perasaannya sedikit hancur hari itu, dia sudah berusaha namun tiket2 tetap tak kunjung habis dan besok pastinya tiket-tiket itu akan kembali ke hadapannya......”What a life!”, keluhnya…..


Bersambung……

agbtopmarketer

No comments:

Post a Comment

Its Been a Long Time : Working From Home

Its been a long time i haven't visited this blog. Blog seems to be less famous compared to social media platforms nowadays. Youtube, fac...